watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

GAIRAH KAKAK KANDUNG

Ceritaku, yang menurutku tidak hanya dilatari
nafsu semata, tapi oleh rasa kasih yang
menurutku aneh. Semuanya bermula sejak aku
dikirim ke Medan untuk menemani pamanku
yang tinggal sendirian ditinggal meninggal oleh
istrinya. Memang sejak kecil, aku sudah sering
berpindah tempat. Sekolah Dasar, aku lewati di
Bandung, SMP, aku lalui di Balikpapan, dan SMA
di Medan. Aku tidak tahu alasan orangtuaku yang
memperlakukanku begitu. Aku punya asumsi
mereka kurang menerima kehadiranku, aku
benci mereka semua. Tapi tidak dengan kakakku
Mira (Mira kakakku yang nomor 2, dan kakak
satu-satunya, aku punya satu adik perempuan,
dan dua saudara laki-laki). Aku sangat
menyayangi Kak Mira, karena dia sangat
pengertian, mau menghibur hatiku yang sering
kalau rinduku sangat menggebu, karena kami
sangat jarang bertemu. Sewaktu aku dikirim ke
Medan, dia melanjutkan kuliah ke London. Kamu
kembali bertemu di Jakarta sewaktu aku tamat
SMA, dan dia kembali dari London untuk
persiapan pernikahannya.
Tiga bulan kami banyak bersama, tapi dasar Kak
Mira yang sangat pengertian, dia malah bukan
mengurusi pernikahannya, eh malah mengurusi
aku. Kami banyak bersama, aku sangat
menyanginya. Saking sayangnya dia pernah
menciumku, tapi tanpa sadar aku membalasnya
dengan mencium bibirnya, dia memelukku
dengan hangat. Tapi aneh kurasakan, dia tidak
menolaknya, malah mulai memainkan lidahnya
di mulutnya. Hmm, sungguh indah saat itu.
Tanpa sadar aku mulai meremas payudaranya
yang besar menantang. Dia mulai menjerit lirih.
Dari bibir, ciumanku turun ke lehernya, lama aku
bermain di sana. Kak Mira menekan kepalaku
seolah menuntunku untuk menciumi dadanya.
Aku mulai nekat, membuka bra-nya dan
muncullah pemandangan yang sangat indah.
Mula-mula kuciumi ketiaknya, sementara tangan
kiriku meremas bukit tanpa pelapis itu. Ciumanku
berpindah ke payudaranya. Kucium perlahan
pangkalnya, dia nyeletuk, "Ah.. Andre, nikmat
sekali.." lalu kuciumi putingnya yang merah
merekah. Ah, nikmat sekali waktu itu. Kami
melakukannya hampir satu jam, sampai kami
sama-sama sadar. Kejadian itu terhenti begitu
saja setelah tiga bulan menikah. Kami kembali
melakukannya. Saat itu kutahu Kak Mira kurang
bahagia, karena setelah bulan madunya yang 2
minggu, suaminya harus kembali ke Pekanbaru.
Tinggallah kakakku sendirian.
Suatu malam, aku menemaninya menonton
Selasa Drama di SCTV. Saat itu kembali dia
memelukku, kami saling berciuman mesra
sekali. Malu-malu aku mulai membuka
pakaiannya. Dia membiarkan saja, bahkan mulai
mengusap permukaan resleting celana
panjangku dengan sangat bernafsu. Aku makin
gemas dan bernafsu melihat tingkahnya,
pakaiannya kupreteli sampai lembar terakhir.
Tanganku meraih pinggulnya yang seksi dan
kudekatkan ke arahku. Mukaku persis di depan
selangkangannya sehingga aku dapat melihat
gundukan bukit kemaluannya tepat didepan
mata. Aku semakin tak sabar, aku memandang
ke atas dan Kak Mira menatapku sambil tetap
tersenyum. Wajahnya tampak memerah
menahan malu. Tanpa aba-aba dariku Kak Mira
menganggukan kepalanya perlahan, seolah
mempersilakanku memmainkan kemaluannya.
Dengan gemetar jemari kedua tanganku kembali
merayap ke atas menelusuri dari kedua betisnya
yang mulus terus ke atas sampai kedua belah
pahanya yang putih mulus tanpa cacat
sedikitpun. Halus sekali kulit pahanya dan begitu
seksi dan padat. Aku mengusap perlahan dan
mulai meremas. "Oooh.." Kak Mira merintih
kecil, kemudian jemari kedua tanganku merayap
ke belakang, kebelahan bokongnya yang bulat.
Aku meremas gemas di situ. Aahh.. begitu
halus, kenyal dan padat. Tiba giliran lagi aku
berhadapan dengan lubang kemaluannya.
Sejenak aku berhenti, menikmati pemandangan
itu. Bau alat kelaminnya langsung menyergap
hidungku. Mmm.. harum. Kini terpampanglah
sudah daerah "forbidden" itu, menggembung
membentuk seperti sebuah gundukan bukit kecil
mulai dari bawah pusarnya sampai ke bawah di
antara kedua belah pangkal pahanya yang seksi.
Sementara di bagian tengah gundukan bukit
kemaluannya terbelah membentuk sebuah bibir
tebal yang mengarah ke bawah dan masih
tertutup rapat menutupi celah liang
kemaluannya. Dan di sekitar situ aku
mengagumui bulu-bulunya yang seperti
kawanan domba di bukit. Aku hanya bisa
melongo menyaksikan keindahan bukit
kemaluannya dan tanpa terasa kedua tanganku
sampai gemetar menyaksikan pemandangan
yang baru pertama kalinya ini. "Oohh.. Kak Mira..
indahnya.." Hanya kalimat itu yang sanggup
kuucapkan saat itu. Selanjutnya aku masih
melongo menikmati keindahan surga dunia milik
Kakakku, Mira. Bau yang keluar dari alat kelamin
miliknya membuat hidungku jadi kembang
kempis menikmati aroma aneh namun terasa
menyenangkan buatku. Aku mulai menciumi
pahanya yang mulus, sementara tanganku sibuk
mengusap-usap pahanya yang lain. Tangannya
meremas rambutku sambil berteriak
kenikmatan. Ciumanku mulai naik ke
selangkangannya. Kak Mira tidak sabaran, dia
menuntun kepalaku ke arah kemaluannya, aku
hanya menuruti. Kuciumi kemaluannya,
remasannya mulai keras, apalagi saat lidahku
bermain di klitorisnya. Aku tak puas juga, aku
mengisapnya sekuatnya, mungkin ciuman di
lubang kemaluannya itu berlangsung lebih dari
15 menit.
Kembali aku memandang ke wajahnya,
walaupun wajahnya sedikit memerah karena
malu. Ia berusaha untuk tetap tersenyum.
Dadanya terlihat sangat menonjol. Alamak! Buah
dadanya itu ternyata memang berbentuk bulat,
ukurannya 34B, warnanya putih bersih,
putingnya tampak berwarna merah muda
kecoklatan. Aaah.. cantiknya kakakku ini apalagi
kalau sedang telanjang bulat seperti ini, "Kak.."
bisikku lirih. Batang kemaluanku semakin
berdenyut tak karuan. Lalu Kak Mira
mengulurkan kedua tangannya kepadaku
mengajakku berdiri lagi. Kini rasanya kami
seperti Adam dan Hawa saja. Bertelanjang bulat
satu sama lain seperti kaum nudis saja. "Aku
tahu, kamu tidak pernah bahagia, aku ingin
membahagianmu, dengan cara apapun itu.. kini
nikmatilah!" bisiknya mesra. Aku merangkul
tubuhnya yang telanjang merasa terharu.
Badanku seperti kesetrum saat kulitku
menyentuh kulit halusnya yang hangat dan
mulus apalagi ketika kedua payudaranya yang
bulat menekan lembut dadaku yang bidang.
Aaah, aku merintih nikmat. Jemari tanganku
tergetar saat mengusap punggungnya yang
telanjang. Begitu halus dan mulus, aku tak
sanggup menahan gejolak nafsuku. Aku tak
tahan lagi, aku menyetubuhinya. "Aahh.. Kak,
kita lakukan di kamar yuk!" bisikku tanpa malu-
malu lagi. Kak Mira tersenyum dalam pelukanku.
"Terserah mau melakukannya dimana,"
sahutnya mesra.
Dengan penuh nafsu, aku segera meraih
tubuhnya dan kugendong ke dalam kamar. Saat
itu aku sempat melirik jam dinding ruangan,
sudah hampir pukul 12:00. Kurebahkan
tubuhnya yang telanjang bulat itu di atas kasur
busa di dalam kamar tengah. Suasana dalam
kamar kelihatan sangat romantis (maklum kamar
pengantin baru). Jantungku berdegup kencang
saat kunaiki ranjang dimana tubuh Kak Mira yang
telanjang berada. Ia memandangku tetap dengan
senyumnya yang manis. Aku merayap ke atas
tubuhnya yang bugil dan menindihnya. Aku tak
sabar ingin segera memasuki tubuhnya. Aku
merasakan kehangatan saat kulitku bersentuhan
dengan kulitnya yang halus mulus. Buah
dadanya kelihatan sangat kencang dan bundar
dengan puting-putingnya yang kemerahan
sangat menawan hatiku, namun kutahan
sementara keinginanku untuk menjamah buah
terlarangnya itu. "Ah.." ia hanya melenguh
pasrah saat aku setengah menindih tubuhnya
dan batang kemaluanku yang tegang itu mulai
menusuk celah bukit kemaluannya, mencari
liang kemaluannya. Kurasakan bukit
kemaluannya terasa lunak dan hangat. Aahh..
tanganku tergetar saat kubimbing alat vitalku
mengelus bukit kemaluannya yang empuk lalu
menelusup di antara kedua bibir kemaluannya.
"Pelan-pelan Ndree.." bisiknya pasrah. Lalu
dengan jemari tangan kananku kuarahkan kepala
kemaluanku yang sudah tak sabar ingin segera
masuk. Kak Mira memeluk pinggangku mesra,
sementara kulihat ia memejamkan kedua
matanya seolah menungguku yang akan segera
memasuki tubuhnya. Aku mencari liang
kemaluannya di antara belahan bukit
kemaluannya yang lunak. Aku tak dapat melihat
celah kemaluannya karena posisi tubuhku yang
memang tak memungkinkan untuk itu namun
aku berusaha untuk mencari sendiri. Kucoba
untuk menelusup celah bibir kemaluannya
bagian atas namun setelah kutekan ternyata jalan
buntu. "Agak ke bawah.. aahh kurang ke bawah
lagi, mm.. yah tekan di situ Ndre.. aaww pelan-
pelan.. sakiit.." Kak Mira memekik kecil dan
menggeliat kesakitan, namun segera kupegang
pinggulnya agar jangan bergerak.
Akhirnya aku berhasil menemukan celah
kemaluannya itu setelah kakakku itu
menuntunku. Aku pun mulai menekan ke
bawah, "Hhgkghh.." kepala kemaluanku kupaksa
untuk menelusup ke dalam liang kemaluannya
yang sempit. Terasa hangat dan sedikit basah.
Kukecup bibirnya sekilas, lalu aku berkonsentrasi
kembali untuk segera dapat membenamkan
batang kemaluanku sepanjang 16 cm itu
seluruhnya ke dalam liang kemaluannya. Kak
Mira mulai merintih dan memekik-mekik kecil
ketika kepala kemaluanku yang besar mulai
berhasil menerobos liang kemaluannya yang
sangat-sangat sempit sekali. "Tahan Kak.. Kak
masukkan lagi! Hhgghh.. ahh sempit sekali
Sayang aahh.." erangku mulai merasakan
kenikmatan dan "Sssrrtt," kurasakan kepala
batang kemaluanku berhasil masuk dan terjepit
ketat sekali dalam liang kemaluannya.
"Aaawww.." teriak Kak Mira memelas, tubuhnya
menggeliat kesakitan. Aku berusaha
menentramkannya sambil kukecup mesra bibir
mungil yang basah merekah dan kulumat
dengan perlahan. "Mmm.. cuupp.. cuupp." Lalu..
"Hhhgghh.. tahan sayang! kutekan lagi yaah.."
bisikku di antara rasa pedih dan nikmat karena
jepitan liang kemaluannya itu begitu ketat seolah-
olah kepala batang kemaluanku diremas oleh
sebuah daging yang sangat kuat
cengkeramannya, walaupun terasa hangat dan
lunak. Mmm.. nikmatnya saat batang
kemaluanku menggesek celah kemaluannya.
"Hhh.. liang kemaluan Kakak masih sangat
sempit."
"Kemaluanku sakit.. " erang Kak Mira lirih.
"Yahh.. kita tahan dulu, mungkin pemanasannya
kurang lama.." bisiknya bernafsu.
Segera kurebahkan badanku di atas tubuhnya
dan memeluknya dengan kasih sayang. "Aahh.."
aku menggelinjang nikmat merasakan
kehangatan dan kehalusan kulitnya. Apalagi saat
dadaku menekan kedua buah payudaranya yang
montok rasanya begitu kenyal dan hangat.
Puting-puting susunya terasa sedikit keras dan
lancip. Mmm.. mm.. kemudian kurasakan pula
perut kami bersentuhan lembut dan yang paling
merangsang adalah saat batang kemaluanku
yang kucabut tadi kini menekan nikmat bukit
kemaluannya yang empuk. Ingin rasanya aku
mencoba untuk memasuki liang kemaluannya
lagi dan mengeluarkan air maniku sebanyak-
banyaknya di dalam situ, tapi aahh.. aku tak ingin
hanya diriku saja yang merasakan kenikmatan.
Aku ingin mencumbunya ini dulu, mengulum
bibirnya, meremas dan mengenyot-enyot kedua
buah payudaranya, dan terakhir akan kucumbu
seluruh tubuhnya dari atas sampai ke kaki,
kukecup dan kucumbu alat kelaminnya, kujilati
bibir kemaluan dan klitorisnya sampai Kak Mira
merasakan kenikmatan seks sesungguhnya dan
orgasme sepuasnya. Ia memandangku dari
jarak yang kurang dari 10 senti dan tertawa
renyah, "Mmm.. Kakak bahagia sekali
bersamamu seperti ini.." Belum sempat ia selesai
ngomong, aku sudah melumat bibirnya yang
nakal itu. Kak Mira membalas ciumanku dan
melumat bibirku dengan mesra. Kujulurkan
lidahku ke dalam mulutnya dan Kak Mira
langsung mengulumnya hangat, begitu
sebaliknya. Semua terasa indah. Kurayapkan
jemari tangan kiriku ke bawah menelusuri sambil
mengusap tubuhnya mulai pundak terus ke
bawah sampai ke pinggulnya yang hangat padat
dan kuremas gemas.
Ketika tanganku bergerak ke belakang ke bulatan
bokongnya yang bulat merangsang, bersamaan
dengan itu aku mulai menggoyangkan seluruh
badanku menggesek tubuh Kak Mira yang bugil
terutama pada bagian selangkangan dimana
batang kemaluanku yang sedang tegang-
tegangnya menekan gundukan bukit kecil milik
Kak Mira yang empuk. Kugerakkan pinggulku
secara memutar sambil kugesek-gesekkan
batang kemaluanku di permukaan bibir
kemaluannya yang empuk sambil sesekali
kutekan-tekan nikmat. Kak Mira ikut-ikutan
menggelinjang kegelian, namun ia sama sekali
tak menolak walaupun beberapa kali kepala
batang kemaluanku yang tegang salah sasaran
memasuki belahan bibir kemaluan, seolah akan
menembus liang kemaluannya lagi. Ia hanya
merintih kesakitan dan memekik kecil kalau aku
salah menekan. "Aawww.. saakiit.." erangnya
membuatku makin terangsang saja. "Aahh..
sshh.." aku melenguh keenakan. Setan-setan
burik di belakangku semakin gila berjoget
dangdut, seolah bernyanyi "Hangat terasa,
terlena..". Beberapa menit kemudian setelah kami
puas bercumbu, bibirku menggeser tubuhku ke
bawah sampai mukaku tepat berada di atas
kedua bulatan payudara yang bundar bak buah
apel. Kini ganti perutku yang menekan bukit
kemaluannya yang empuk itu. Woow.. enakk.
Jemari kedua tanganku secara bersamaan mulai
menggerayangi "Gunung Fuji" miliknya itu,
seolah hendak mencakar kedua payudaranya.
Kelima jemari masing-masing tanganku
kurenggangkan satu sama lain dan membentuk
seperti cakar burung dan aku mulai
menggesekkan ujung-ujung jemariku mulai dari
bawah payudaranya di atas perut terus menuju
gumpalan kedua buah dadanya yang kenyal dan
montok. Kak Mira merintih dan menggelinjang
antara geli dan nikmat. "Mm.. mm.. iih geli.."
erangnya lirih.
Beberapa saat kupermainkan kedua puting-
puting susunya yang kemerahan dengan ujung
jemariku. Kak Mira menggelinjang lagi. Kupuntir
sedikit putingnya dengan lembut. "Mmm.." Kak
Mira semakin mendesah tak karuan. Aku tak
tahan, secara bersamaan akhirnya kuremas-
remas gemas kedua buah dadanya dengan
sepenuh nafsu. "Aawww.. nngg.." dia
mengerang dan kedua tangannya memegangi
kain sprei dengan kuat. Aku semakin menggila,
tak puas kuremas lalu mulutku mulai menjilati
kedua buah dadanya secara bergantian. Lidahku
kujulur-julurkan menjilati seluruh permukaan
susunya itu sampai basah, mulai dari payudara
yang kiri lalu berpindah ke payudaranya yang
kanan. Kugigit-gigit puting-puting susunya
secara bergantian sambil kuremas-remas
dengan gemas sampai dia berteriak-teriak
kesakitan. "Sshh.. shh.. oohh.. oouwww..
Ndre.." erangnya. Lima menit kemudian lidahku
bukan saja menjilati, kini mulutku mulai beraksi
menghisap kedua puting-puting susunya sekuat-
kuatnya. Aku tak peduli Kak Mira menjerit dan
menggeliat kesana kemari. Sesekali kedua jemari
tangannya memegang dan mengeremasi
rambut kepalaku yang bergerak liar. Sementara
kedua tanganku tetap mencengkeram dan
meremasi kedua buah dadanya bergantian
sambil kuhisap-hisap dengan penuh rasa nikmat.
Bibir dan lidahku dengan sangat rakus
mengecup, mengulum dan menghisap kedua
payudaranya yang kenyal dan padat. Di dalam
mulut puting susunya kupilin-pilin dengan
lidahku sambil terus menghisap sampai pipiku
terasa kempot, aku mengkhayal meminum air
susunya. Dia hanya bisa mendesis, mengerang,
dan beberapa kali memekik kuat ketika gigiku
menggigiti putingnya dengan gemas, hingga tak
heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan
susu-susunya itu tampak berwarna kemerahan
bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas
gigitanku.
Mmm, ini benar-benar nikmat. Cukup lama sekali
aku menetek susunya, mungkin sekitar 15 menit,
sampai setelah cukup puas bibir dan lidahku kini
merayap menurun ke bawah. Kutinggalkan
kedua belah payudaranya yang basah dan
penuh dengan lukisan bekas gigitanku dan juga
cupangan berwarna merah bekas hisapanku,
sangat kontras sekali dengan warna kulitnya
yang putih. Ketika lidahku bermain di atas
pusarnya, dia mulai mengerang-erang kecil
keenakan. Bau tubuhnya yang harum
bercampur dengan keringatnya yang khas
menambah nafsu seks-ku semakin memuncak.
Kukecup dan kubasahi seluruh perutnya yang
kecil sampai basah. Ketika aku bergeser ke
bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirku yang
tak pernah lepas dari kulit tubuhnya itu telah
berada di atas gundukan bukit kemaluannya
yang indah mempesona. Aku mulai mencumbu
alat kelaminnya itu. "Oooh.." Kak Mira hanya
merintih lirih, kelihatannya dia sudah lemas
kupermainkan sejak tadi, tapi aku tahu dia belum
orgasme walaupun sudah sangat terangsang
semenjak kuhisap kedua buah susunya.
Sekarang ini aku ingin merasakan kelezatan
cairan kewanitaan dari liang kemaluannya, sebab
pernah sahabatku bilang terus terang kepadaku
kalau ia sangat ketagihan untuk selalu meminum
cairan lendir pacarnya ketika mereka sedang
melakukan oral seks, katanya rasanya aneh tapi
membuat dirinya bergairah.
Aku membetulkan posisiku di atas selangkangan
kakakku. Kak Mira membuka kedua belah
pahanya lebar-lebar, ia sudah sangat terangsang
sekali. Kini wajahnya yang manis kelihatan kusut
dan rambutnya tampak awut-awutan. Kedua
matanya tetap terpejam rapat namum bibirnya
kelihatan basah merekah indah sekali. Kedua
tangannya juga masih tetap memegangi kain
sprei, kelihatannya dia tegang sekali. "I.. m..
Ndree.. e.. enaak.." katanya. Aku tersenyum
senang, sebentar lagi kau akan merasakan
kenikmatan yang luar biasa sayang, bisikku
dalam hati. Aku akan menyetubuhimu
sepuasnya. Kupandangi beberapa saat keindahan
bentuk alat kelaminnya itu, baru pertama kali ini
aku menyaksikan alat kelamin cewek. Ternyata di
samping baunya sangat khas dan merangsang
hidungku, keringat yang membasahi di sekitar
selangkangannya pun berbau harum dan khas.
Labia mayoranya kelihatan gemuk dan padat
berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan
celah sempit yang berada di antara kedua labia
mayoranya itu tertutup rapat sehingga aku tidak
bisa melihat lubang kemaluannya sama sekali.
Betapa nikmatnya nanti saat celah kemaluan dan
liang kemaluannya menjepit batang kemaluanku,
akan kutumpahkan sebanyak-banyaknya nanti
air maniku ke dalam liangnya sebagai tanda
hilangnya keperjakaanku. Aku juga ingin
nantinya dia bisa merasakan semprotan air
maniku yang hangat dan banyak agar ia dapat
pula merasakan kenikmatan yang sedang
kurasakan. Cukup lama aku melamun sambil
memandangi keindahan alat kelaminnya sembari
menikmati aroma khas yang keluar dari celah
kemaluannya yang rapat.
Tiba-tiba Kak Mira berbisik lirih menyadarkanku,
"Ngapain sih.. kok ngelamun.. bau yaa Ndre.."
tanyanya sambil tersenyum manis. Wajahnya
walaupun sedikit kusut berkeringat tapi tetap
manis sekali. Habis berkata begitu tangan Kak
Mira bergerak memegang kepalaku dan
mengucek-ucek rambut kepalaku. Aku tertawa
geli. Selanjutnya tanpa kuduga kedua tangannya
itu menekan kepalaku ke bawah, sontak mukaku
terutama hidung dan bibirku langsung nyosor
menekan bukit kemaluannya, "Mmff mffphh.."
hidungku menyelip di antara kedua bibir
kemaluannya, empuk dan hangat. Kuhirup
sepuas-puasnya bau alat kelaminnya penuh
perasaan, sementara bibirku mengecup bagian
bawah labia mayoranya dengan bernafsu. Aku
mulai mencumbui bibir kemaluannya yang tebal
itu secara bergantian seperti kalau aku mencium
bibir Kak Mira. Puas mengecup dan mengulum
bibirnya bagian atas aku berpindah untuk
mengecup dan mengulum bibir kemaluannya
bagian bawah. Rasanya.. "Mmm.. yummi.." ada
sedikit manis dan asin. "Mmm.. mm.."
bercampur bau kemaluannya yang
memabukkan. Pokoknya dari Sabang sampai
Merauke dah! tidak bisa di ungkapkan. Tidak
heran karena ulahku Kak Mira sampai memekik-
mekik nikmat tak karuan, tubuhnya menggeliat
hebat dan terkadang meregang kencang.
Beberapa kali kedua pahanya sampai menjepit
kepalaku yang sedang asyik masyuk bercumbu
dengan bibir kemaluannya. Kupegangi kedua
belah bokongnya yang sudah berkeringat agar
tidak bergerak terlalu banyak, bagaimanapun
juga aku tak rela melepaskan pagutan bibirku
pada labia mayoranya yang merangsang. Salah
sendiri, pikirku, siapa dulu yang mulai. "Mmm..
Ndree.. aauuwww.. auuwww.. aawww..
hgghhkhh.. aduuh.. e.. naak.. aahh aduuhh..
oouuhh.." Kak Mira mengerang-erang dan tak
jarang memekik cukup kuat saking nikmatnya.
Kedua tangannya bergerak mengeremasi
rambut kepalaku sampai kacau, sambil
menggoyang-goyangkan pinggulnya yang
seksi. Kadang pantatnya dinaikkannya sambil
mengejan nikmat atau kadang digoyangkan
memutar seirama dengan jilatan lidahku pada
seluruh permukaan alat kelaminnya yang
montok itu.
"Oouhh.. yaahh.. yaha.. huhuhu.. huhu.." Kak
Mira berteriak makin keras, dan terkadang seperti
orang menangis mungkin saking tak kuatnya
menahan kenikmatan yang kuciptakan pada alat
kelaminnya. Tubuhnya menggeliat hebat dan
kulihat sambil mulutku tetap memagut bibir
kemaluannya. Kepala kakakku, Kak Mira
dipalingkan ke kiri dan ke kanan dengan cepat.
Mulutnya mendesis dan mengerang tak karuan.
Aku semakin bersemangat melihat tingkahnya,
sebentar lagi dia pasti orgasme. Kini mulutku
semakin buas. Dengan nafas setengah
memburu kusibakkan bibir kemaluannya yang
menawan dengan jemari tangan kananku.
Mmm, hangat dan empuk. Kini kulihat daging
berwarna merah muda yang basah oleh air
liurku bercampur dengan cairan lendir
kewanitaannya, agak sebelah bawah dagingnya
itu barulah aku dapat melihat celah liang
kemaluannya yang amat sangat kecil dan
berwarna kemerahan pula. Aku mencoba untuk
membuka bibir kemaluannya agak lebar agar
aku dapat mengintip ke dalam liang kemaluan
bagaimana bentuk selaput daranya. Namun Kak
Mira tiba-tiba memekik kecil, ternyata aku terlalu
lebar menyibakkan bibir kemaluannya itu
sehingga ia mengerang kesakitan. "Aawww..
iih.. Ndre.." pekiknya kesakitan. Aku jadi terkejut
dan menyesal. "Yaa.." bisikku kuwatir. Kuusap
dengan lembut penuh kemesraan bibir
kemaluannya agar sakitnya hilang. Sebentar
kemudian lalu kusibakkan kembali pelan-pelan
bibir nakalnya itu, celah merahnya kembali
terlihat, agak ke atas dari liang kemaluannya
yang sempit itu. Aku melihat ada tonjolan daging
kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna
kemerahan, inilah klitorisnya bagian paling
sensitif dari alat kelamin wanita.
Mmm, ini dia biang kenikmatan bagi cewek,
pikirku. Lalu secepat kilat dengan rakus lidahku
kujulurkan sekuatnya keluar dan mulai
menyentil-nyentil daging klitorisnya. Benar saja
karena tiba-tiba Kak Mira memekik sangat keras
sambil menyentak-nyentakkan kedua kakinya ke
bawah. Kak Mira mengejan hebat, aku sampai
kaget dibuatnya karena pinggulnya bergerak liar
dan kaku, jilatanku pada klitorisnya jadi luput.
Dengan gemas aku memegang kuat-kuat kedua
belah pahanya yang putih mulus lalu kembali
kutempelkan bibir dan hidungku di atas celah
kedua bibir kemaluannya. Kujulurkan lidahku
keluar sepanjang mungkin lalu kutelusupkan
lidahku menembus jepitan bibir kemaluannya
dan kembali menyentil nikmat klitorisnya dan..
"Hgghggh.. hghgh.. sshh.." Dia memekik
tertahan dan mendesis panjang. Tubuhnya
kembali mengejan sambil menghentak-
hentakkan kedua kakinya yang kecil. Pantatnya
diangkat ke atas sehingga memberi keuntungan
bagiku untuk lebih dalam memasuki celah labia
mayoranya menyentil-nyentil klitorisnya. Begitu
singkat karena tak sampai satu menit tiba-tiba
kurasakan Kak Mira amat tegang dan kurasakan
di dalam mulutku terasa ada semburan lemah
dari dalam liang kemaluannya berupa cairan
hangat agak kental banyak sekali. Aku menyentil
klitorisnya beberapa saat sampai kurasakan
tubuh Kak Mira mulai terkulai lemah dan akhirnya
pantatnya pun jatuh kembali ke kasur. Dia
melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan
yang baru ia rasakan, kenikmatan sorga dunia
miliknya.
Sementara aku masih menyedot sisa-sisa lendir
yang keluar hasil orgasmenya yang terasa asin
manis dari celah kemaluannya yang kini tampak
agak memerah. Seluruh selangkangannya itu
tampak basah penuh air liur bercampur lendir
yang kental. Mmm, aku menjilati seluruh
permukaan bukit kemaluannya sampai agak
kering. Cairan lendirnya itu membuatku makin
bergairah. Perasaanku benar-benar fresh setelah
menghirup dan menelan cairan lendir
kemaluannya. Aku tak tahu apa memang
cairannya itu mengandung vitamin atau obat
perangsang? Masa bodoh, yang jelas kini nafsu
seks-ku telah memuncak, aku akan melakukan
tugasku sebagai seorang laki-laki. "Sekarang
giliranku," ucapku. Aku belum sempat bergerak,
Kak Mira terlebih dahulu meraih batang
kemaluanku, dia mengusapnya sambil berkata,
"Ndree, ini gede sekali.. pantas tadi sakit. Punya
abang iparmu tidak sebegini." Aku mulai bangga,
dia mengocok perlahan, mataku terpejam
menahan kenikmatan. Dia berhenti, ku buka
mataku, ah ternyata dia mendekatkan wajahnya
ke batang kemaluanku. Aku berteriak ingin
melarang, tapi terlambat. Terlebih dahulu dia
menjilati batang kemaluanku. Ah, aku tidak bisa
berkata apa-apa selain mengerang kenikmatan,
apalagi dia mulai menjilati buah zakarku naik
sampai ke helmnya. "Oh.. nikmat sekali," ujarku
tanpa sengaja tapi itu belum seberapa, sewaktu
dia mulai memasukkan batang kemaluanku ke
mulutnya. Susah payah dia melakukannya,
akhirnya berhasil. Dia memainkan batang
kemaluanku di dalam mulutnya. Dia
menghisapnya kuat-kuat. Ah, tanpa terasa aku
hampir orgasme. Lalu dia berhenti. "Keluarkan
saja di mulutku!" katanya sambil mengocok
batang kemaluanku. Kemudian dia kembali
mengisapnya.
Aku mulai merasakan seluruh tubuhku tengang
sekali. Rasanya darahku mengalir ke suatu titik.
Yah.. hingga akhirnya aku melepaskannya di
mulut kakakku. "Ah.. ehh.. ohh.." erangku
sambil berusaha menyemburkan semua cairan
kenikmatanku. Dia sangat menikmatinya.
"Banyak sekali air Manimu Ndree.." ucapnya
sambil mulai menjilati maniku yang tersembur di
pipinya dan kini mulai menjilati sisanya yang ada
di ujung kemaluanku. Oh, rasanya nikmat sekali.
Kami istirahat sejenak, lalu dia berbisik, "Kamu
masih kuat kan? Ayo lanjutkan lagi
permainanmu.. hancurkan aku dengan
kenikmatan!" Tanpa komentar lagi aku menaiki
tubuhnya. "Tahan sakitnya yah.." bisikku lagi
tanpa menunggu jawabannya. Aku segera
bangkit dan duduk setengah berlutut di atas
tubuhnya yang telanjang berkeringat. Buah
dadanya yang penuh lukisan hasil karyaku
kelihatan turun naik mengatur nafas. Sebodo,
pikirku. Dengan agak kasar kutarik kakinya ke
atas dan kutumpangkan kedua pahanya pada
pangkal pahaku sendiri sehingga kini
selangkangannya menjadi terbuka lebar
mempertontonkan alat kewanitaannya yang
merangsang itu. Kutarik bokongnya ke arahku
sehingga batang kemaluanku yang sudah
sengsara cukup lama hampir satu jam itu
langsung menempel di atas bukit kemaluan milik
Kak Mira yang masih basah. Kuusap-usapkan
kepala batang kemaluanku pada kedua belah
bibir kemaluannya yang lunak. Kembali
kubenamkan mesra ke dalam liang kemaluannya
mili demi mili secara perlahan. "Aahhggh.. sa..
yangku.. aahghgh.. nikmat sekali.." erangku
pula. Kenikmatan yang kurasakan membuat
jiwaku semakin tinggi terbang ke awang-awang,
mataku merem-melek menahan rasa nikmat
yang tiada tara.
Aku mulai memompanya dengan gerakan naik
turun. Badannya ikut bergoyang pelan naik-
turun, bahkan terkadang sedikit memutar
seirama dengan tarikan batang kemaluan dan
goyangan pinggulku yang bergerak turun naik.
Beberapa kali ia melepaskan ciumannya dan
mendesah lembut melepas rasa nikmat, karena
ia sudah terbiasa dengan gerakan senggama ini.
Terasa begitu lama sekali kami saling mengadu
alat kemaluan masing-masing, sampai akhirnya
kira-kira 10 menit kemudian, tiba-tiba tubuh Kak
Mira mengejan dan bergetar lembut, mulutnya
mendesis dalam cumbuan bibirku, kedua
kakinya tiba-tiba dihentakkan ke bawah dan
meregang. Aku merasakan tiba-tiba pula liang
kemaluan miliknya berkontraksi, mengerut
mengecil membuat batang kemaluanku seakan
diremas kuat seperti dipilin-pilin. Tubuhku
berkelojotan ikut merasakan kenikmatan yang
begitu sangat luaar biasa. Kubenamkan batang
kemaluanku secara perlahan ke dalam liang
kemaluan yang sedang berkontraksi itu sampai
kandas, kuresapi setiap gesekan mili demi mili
dengan daging kemaluannya. Bersamaan
dengan itu pula sebuah cairan hangat dan licin
mulai membasahi seluruh batang kemaluanku
banyak sekali. Kak Mira memekik dan melenguh
panjang. "Aaaghh.. aaghg.. oouuhh.." erangnya
nikmat. Kubiarkan kakakku menikmati
orgasmenya yang indah, matanya terpejam
rapat. Ia tak tahu kalau aku pun sebenarnya
sedang meregang menahan rasa nikmat yang
sedang ditimbulkannya pada alat kelelakianku. Air
maniku sontak mengalir deras menuju batang
kemaluanku dan mendesak-desak di ujung
batang kemaluanku hendak muncrat keluar.
Kucoba menahan sekuat tenaga agar jangan
sampai muncrat, namun hanya 3 detik akhirnya
aku menyerah kalah.
Di saat Kak Mira sedang terbang menikmati
orgasmenya yang panjang aku pun akhirnya
ikut melepaskan rasa nikmat tertahan dan
mencapai puncak, "Craatt.. cratt.. craat" air
maniku menyembur-nyembur tumpah keluar di
dalam liang kemaluannya. "Oougghh.." aku pun
memekik keras, lepas sudah pendakian yang
melelahkan itu. "Aaaghh.. maniikuu.. ke.. keluar
Sayang.. hggh.." aku menggeram keras sambil
menyemburkan air mani ke dalam liang
rahimnya. Tubuh kami berdua sama-sama
bergetar dan meregang-regang merasakan
puncak kenikmatan seks. Kedua alat kelamin
kami sama-sama pula memuntahkan cairan
kenikmatan hasil buah cinta kami sesaat.
"Ooouuh.. oouugghh.." Kak Mira melenguh
melepas orgasmenya. Dia memandangku
tersenyum sambil berkata, "Kamu bahagia?" Aku
mengangguk dan berkata, "Aku mencintai kau,
Kakakku!" Malam itu kami melakukannya sampai
pagi.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/54769
U-ON

inc Powered by Xtgem.com